1. Cover Filim
Indentitas Filim
Sutradara :Guntur
soeharjanto
Penulis Naskah : Hanum Salsabila Rais, Rangga Almahendra
Aktris dan Aktor : Acha
Septriasa, Abimana Aryasatya, Raline Shah, Dewi Sandra, Nino Fernandez, Fatin
Shidqia, Marissa Nasution, Alex Abbad, Gecchae
Tayang Perdana di Bioskop : 5 Desember 2013
2. Sinopsis Filim
Filim
ini catatan perjalanan atas sebuah pencarian. Pencarian cahaya Islam di Eropa
yang kini sedang tertutup awan saling curiga dan kesalahpahaman. Untuk pertama
kalinya dalam 26 tahun, aku merasakan hidup di suatu negara dimana Islam
menjadi minoritas. Pengalaman yang makin memperkaya spiritualku untuk lebih
mengenal Islam dengan cara yang berbeda.
Tinggal di Eropa selama 3
tahun adalah arena menjelajah Eropa dan segala isinya. Hingga akhirnya aku
menemukan banyak hal lain yang jauh lebih menarik dari sekedar Menara Eiffel,
Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro, Colloseum Roma, atau
gondola gondola di Venezia. Pencarianku telah mengantarkanku pada daftar
tempat-tempat ziarah baru di Eropa. Aku tak menyangka Eropa sesungguhnya juga
menyimpan sejuta misteri tentang Islam.
Eropa dan Islam. Mereka pernah
menjadi pasangan serasi. Kini hubungan keduanya penuh pasang surut prasangka
dengan berbagai dinamikanya. Aku merasakan ada manusia-manusia dari kedua pihak
yang terus bekerja untuk memperburuk hubungan keduanya.
Pertemuanku dengan perempuan
muslim di Austria, Fatma Pasha telah mengajarkanku untuk menjadi bulir-bulir
yang bekerja sebaliknya. Menunjukkan pada Eropa bulir cinta dan luasnya
kedamaian Islam. Sebagai Turki di Austria, Ia mencoba menebus kesalahan kakek
moyangnya yang gagal meluluhkan Eropa dengan menghunus pedang dan meriam. Kini
ini ia mencoba lagi dengan cara yang lebih elegan, yaitu dengan lebarnya senyum
dan dalamnya samudra kerendahan hati.
Aku dan Fatma mengatur
rencana. Kami akan mengarungi jejak-jejak Islam dari barat hingga ke timur
Eropa. Dari Andalusia Spanyol hingga ke Istanbul Turki. Dan entah mengapa
perjalanan pertamaku justru mengantarkanku ke Kota Paris, pusat ibukota
peradaban Eropa.
Di Paris aku bertemu dengan
seorang mualaf, Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World
Institute Paris. Marion menunjukkan kepadaku bahwa Eropa juga adalah pantulan
cahaya kebesaran Islam. Eropa menyimpan harta karun sejarah Islam yang luar
biasa berharganya. Marion membukakan mata hatiku. Membuatku jatuh cinta lagi
dengan agamaku, Islam. Islam sebagai sumber pengetahuan yang penuh damai dan
kasih.
Museum Louvre, Pantheon,
Gereja Notre Dame hingga Les Invalides semakin membuatku yakin dengan agamaku.
Islam dulu pernah menjadi sumber cahaya terang benderang ketika Eropa diliputi
abad kegelapan. Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia,
ketika dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian, bukan dengan teror
atau kekerasan
Perjalananku menjelajah Eropa
adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan oleh
Islam di benua ini. Cordoba, Granada, Toledo, Sicilia dan Istanbul masuk dalam
manifest perjalanan spiritualku selanjutnya.
Saat memandang matahari
tenggelam di Katedral Mezquita Cordoba, Istana Al Hambra Granada, atau Hagia
Sophia Istanbul, aku bersimpuh. Matahari tenggelam yang aku lihat adalah jelas
matahari yang sama, yang juga dilihat oleh orang-orang di benua ini 1000 tahun
lalu. Matahari itu menjadi saksi bisu bahwa Islam pernah menjamah Eropa,
menyuburkannya dengan menyebar benih-benih ilmu pengetahuan, dan menyianginya
dengan kasih sayang dan toleransi antar umat beragama.
Akhir dari perjalananku selama
3 tahun di Eropa justru mengantarkanku pada titik awal pencarian makna dan
tujuan hidup. Makin mendekatkanku pada sumber kebenaran abadi yang Maha Sempurna.
3. Kelebihan Filim Cahaya 99 Langit di Eropa
1. Kelebihan film ini terletak pada ceritanya yang memang
diangkat dari novel karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
berdasarkan pengalaman mereka ketika belajar di Eropa. Jadi memang tidak
mengada-ngada.
2. Dari sisi
sinematografi top banget! Pemandangan Vienna dan Paris membuat saya dan seorang
bapak yang duduk di sebelah saya tak henti-hentinya mengucapkan takjub. Juga
soundtracknya antara lain dibawakan Fatin juga menyentuh hati. Adegan azan di
menara Eiffel juga orisinil.
3. Kelebihan
ketiga, dari departemen casting, yang jadi bintang pada sekuel pertama adalah
Geccha Tavvara, pendatang baru yang memerankan si kecil. Benar-benar natural,
gesturnya seperti anak keturunan Turki yang dibully , juga cara berkomunikasi.
Saya juga melontarkan pujian pada Raline Shah yang menghidupan tokoh Fatma,
“agen muslim” yang bijak. Alex Abbad dan Nino Fernandez kalian juga main bagus.
Begitu juga dengan Abimana Arsyasatya memerankan Rangga cukup hidup berbeda
dengan kharakter di film lainnya, misalnya dalam Belenggu bisa jadi orang yang
terganggu jiawanya. Saya kira bisa menjadi bintang masa depan.
4. Kekurangan Filem Cahaya 99 Langit
di Eropa
1.
Kelemahan lain ada berapa editing subtitle dialog yang kurang rapi. Untung
tidak mengganggu peonton yang mengerti Bahasa Indonesia. Namun untuk ditonton
di luar rasanya kurang mengganggu. Cara memasukan iklan produk kosmetik malah
lebih halus dan tidak dipaksakan seperti kebanyakan film-film Indonesia.
5. Pendapat dan Penilaian
Secara
keseluruhan 99 Cahaya di Langit Eropa adalah film Indonesia yang patut
ditonton, Sebagai pelajaran buat diri kita. Saya bersyukur bisa menonton pada
hari pertama dan jam pertama di salah satu bioskop di kawasan Jakarta. Jumlah
penonton cukup banyak memenuhi separuh studio