Kamis, 25 Desember 2014

puisi


Puisi 1
Kau...
Yang seolah datang menghampiriku
Tak pernah terbayang sebelumnya dibenaku
Selaluku ingat bila ku merindukanmu
Bila akhirnya nanti ku ada di sampingmu
Pasti ku akan menjagamu
Dari jiwa yang sepi

Puisi 2
Bintang yang terang sinarmu sungguh indah
keindahanmu mengingatkan aku pada seseorang
dimana aku sangat merindukannya
malam yang begitu sunyi
mengapa dia tak hadir untuk menemaniku
 angin yang berhembus dengan kencang
tuhan sampaikan salamku padanya
bahwa aku sangat merindukannya
kuingin dia selalu mencintaiku
dimana pun melangkah

puisi 3
ibu
kau adalah wanita terhebat
jasamu tidak terhingga
kau pahlawan buat di anakmu
kasihmu tiada batasnya
dalam senyum kau menyimpan letihmu
derita siang dan malam menimpahmu
tak sedikit pun menghentikan langkahmu
untuk bisa memberikan harapan baru bagiku
itu semua untuk kebaikanku
aku sayang padamu ibuku




Kamis, 06 November 2014

FILIM 99 CAHAYA LANGIT DI EROPA


1. Cover Filim
 
Indentitas Filim
Sutradara :Guntur soeharjanto
Penulis Naskah : Hanum Salsabila Rais, Rangga Almahendra
Aktris dan Aktor  : Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Raline Shah, Dewi Sandra, Nino Fernandez, Fatin Shidqia, Marissa Nasution, Alex Abbad, Gecchae
Tayang Perdana di Bioskop : 5 Desember 2013






2. Sinopsis Filim
            Filim ini catatan perjalanan atas sebuah pencarian. Pencarian cahaya Islam di Eropa yang kini sedang tertutup awan saling curiga dan kesalahpahaman. Untuk pertama kalinya dalam 26 tahun, aku merasakan hidup di suatu negara dimana Islam menjadi minoritas. Pengalaman yang makin memperkaya spiritualku untuk lebih mengenal Islam dengan cara yang berbeda.

            Tinggal di Eropa selama 3 tahun adalah arena menjelajah Eropa dan segala isinya. Hingga akhirnya aku menemukan banyak hal lain yang jauh lebih menarik dari sekedar Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro, Colloseum Roma, atau gondola gondola di Venezia. Pencarianku telah mengantarkanku pada daftar tempat-tempat ziarah baru di Eropa. Aku tak menyangka Eropa sesungguhnya juga menyimpan sejuta misteri tentang Islam.

            Eropa dan Islam. Mereka pernah menjadi pasangan serasi. Kini hubungan keduanya penuh pasang surut prasangka dengan berbagai dinamikanya. Aku merasakan ada manusia-manusia dari kedua pihak yang terus bekerja untuk memperburuk hubungan keduanya.

            Pertemuanku dengan perempuan muslim di Austria, Fatma Pasha telah mengajarkanku untuk menjadi bulir-bulir yang bekerja sebaliknya. Menunjukkan pada Eropa bulir cinta dan luasnya kedamaian Islam. Sebagai Turki di Austria, Ia mencoba menebus kesalahan kakek moyangnya yang gagal meluluhkan Eropa dengan menghunus pedang dan meriam. Kini ini ia mencoba lagi dengan cara yang lebih elegan, yaitu dengan lebarnya senyum dan dalamnya samudra kerendahan hati.

            Aku dan Fatma mengatur rencana. Kami akan mengarungi jejak-jejak Islam dari barat hingga ke timur Eropa. Dari Andalusia Spanyol hingga ke Istanbul Turki. Dan entah mengapa perjalanan pertamaku justru mengantarkanku ke Kota Paris, pusat ibukota peradaban Eropa.

            Di Paris aku bertemu dengan seorang mualaf, Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Marion menunjukkan kepadaku bahwa Eropa juga adalah pantulan cahaya kebesaran Islam. Eropa menyimpan harta karun sejarah Islam yang luar biasa berharganya. Marion membukakan mata hatiku. Membuatku jatuh cinta lagi dengan agamaku, Islam. Islam sebagai sumber pengetahuan yang penuh damai dan kasih.

            Museum Louvre, Pantheon, Gereja Notre Dame hingga Les Invalides semakin membuatku yakin dengan agamaku. Islam dulu pernah menjadi sumber cahaya terang benderang ketika Eropa diliputi abad kegelapan. Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia, ketika dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian, bukan dengan teror atau kekerasan

            Perjalananku menjelajah Eropa adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan oleh Islam di benua ini. Cordoba, Granada, Toledo, Sicilia dan Istanbul masuk dalam manifest perjalanan spiritualku selanjutnya.

            Saat memandang matahari tenggelam di Katedral Mezquita Cordoba, Istana Al Hambra Granada, atau Hagia Sophia Istanbul, aku bersimpuh. Matahari tenggelam yang aku lihat adalah jelas matahari yang sama, yang juga dilihat oleh orang-orang di benua ini 1000 tahun lalu. Matahari itu menjadi saksi bisu bahwa Islam pernah menjamah Eropa, menyuburkannya dengan menyebar benih-benih ilmu pengetahuan, dan menyianginya dengan kasih sayang dan toleransi antar umat beragama.

            Akhir dari perjalananku selama 3 tahun di Eropa justru mengantarkanku pada titik awal pencarian makna dan tujuan hidup. Makin mendekatkanku pada sumber kebenaran abadi yang Maha Sempurna. 
           
3. Kelebihan Filim Cahaya 99 Langit di Eropa
1. Kelebihan film ini terletak pada ceritanya yang memang diangkat dari novel karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra berdasarkan pengalaman mereka ketika belajar di Eropa. Jadi memang tidak mengada-ngada.

2. Dari sisi sinematografi top banget! Pemandangan Vienna dan Paris membuat saya dan seorang bapak yang duduk di sebelah saya tak henti-hentinya mengucapkan takjub. Juga soundtracknya antara lain dibawakan Fatin juga menyentuh hati. Adegan azan di menara Eiffel juga orisinil.

3. Kelebihan ketiga, dari departemen casting, yang jadi bintang pada sekuel pertama adalah Geccha Tavvara, pendatang baru yang memerankan si kecil. Benar-benar natural, gesturnya seperti anak keturunan Turki yang dibully , juga cara berkomunikasi. Saya juga melontarkan pujian pada Raline Shah yang menghidupan tokoh Fatma, “agen muslim” yang bijak. Alex Abbad dan Nino Fernandez kalian juga main bagus. Begitu juga dengan Abimana Arsyasatya memerankan Rangga cukup hidup berbeda dengan kharakter di film lainnya, misalnya dalam Belenggu bisa jadi orang yang terganggu jiawanya. Saya kira bisa menjadi bintang masa depan.

4. Kekurangan Filem Cahaya 99 Langit di Eropa
1. Kelemahan lain ada berapa editing subtitle dialog yang kurang rapi. Untung tidak mengganggu peonton yang mengerti Bahasa Indonesia. Namun untuk ditonton di luar rasanya kurang mengganggu. Cara memasukan iklan produk kosmetik malah lebih halus dan tidak dipaksakan  seperti kebanyakan film-film Indonesia.

5. Pendapat dan Penilaian
Secara keseluruhan 99 Cahaya di Langit Eropa adalah film Indonesia yang patut ditonton, Sebagai pelajaran buat diri kita. Saya bersyukur bisa menonton pada hari pertama dan jam pertama di salah satu bioskop di kawasan Jakarta. Jumlah penonton cukup banyak memenuhi separuh studio